Hadishadis sahih. Ingin Mengetahui Beberapa Hadits Dimana Nabi Sallallahu alaihi wa sallam Memerintahkan Kita Untuk Menghafalkannya. Di Antara Zikir Pagi Dan Petang Ada Yang Dapat Menjaga Dari Kejahatan. Dibolehkan Mengambil Berkah Dari Bekas Nabi sallallahu alaihi wa sallam Bukan Dari Selainnya. Tautan Hadits Arbain Ke 36 - Hadits Tentang Tolong Menolong merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, M.A. dalam pembahasan Al-Arba'in An-Nawawiyah (الأربعون النووية) atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi Rahimahullahu Ta'ala. Kajian ini disampaikan pada Jelaslahbagi kita bahwa hadits tentang kisah budak wanita di dalam kitab Sahih Muslim dan pertanyaan Nabi kepadanya, minimal merupakan riwayat yang mudltharib secara redaksiona l. Jikalau kita ambil dengan cara mentarjih dengan berdasarka n syahid[21] dan indikasi yang mendukungn ya, maka riwayat dengan redaksi: أَتَشْهَدِ ينَ RePertanyaan seputar Sholat dan Thoharoh - 2008/05/08 21:26 Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh, Cahaya kemuliaan Nya swt semoga selalu menerangi hari hari saudaraku dalam kebahagiaan, 1. dalam madzhab syafii terdapat dua pendapat, yaitu disunnahkan membaca surat selain fatihah pada rakaat ketiga dan keempat. . Tentu kita sudah sering mendengar istilah ini hadits. Tiap hari Jumat kita mendengar para khatib menyebutnya. Hadits riwayat Bukhari. Hadits shahih, hadits dha’if. Dan seterusnya… Lalu apa itu sebenarnya hadits? Bagaimana sejarahnya? Di mana kita bisa menemukannya? Pengertian Hadits Hadits itu secara bahasa artinya baru, perkataan dan kejadian. Diartikan sesuai konteks kalimat. Ada juga yang mengartikan sebagai kabar atau berita. Secara istilah, hadits yaitu semua yang disandarkan pada Rasulullah Saw. baik berupa perkataan, perbuatan, maupun persetujuan. Dengan kata lain semua yang Rasulullah ucapkan, lakukan dan setujui, semua itu adalah hadits. Apa pentingnya ucapan dan perbuatan Rasulullah? Hal ini berkaitan erat dengan tugas utama Rasulullah. Tugas itu adalah menyampaikan ajaran Islam, baik secara lisan maupun contoh perbuatan. Setiap yang beliau ucapkan dan lakukan itu pasti selalu berkaitan dengan tugas tersebut. Oleh karena itu, semua yang beliau ucapkan dan lakukan itu menjadi sangat penting. Di mana kita bisa menemukan hadits? Kita bisa menemukan hadits dalam kitab-kitab himpunan hadits. Seperti kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Tirmidzi, Sunan Abu Dawud, dll. Silakan baca Kitab-Kitab Hadits Induk Yang Paling Populer Apakah Imam Bukhari dan Imam Muslim itu pernah bertemu Rasulullah? Tidak pernah. Karena Imam Bukhari dan Imam Muslim itu hidup 200 tahun setelah Rasulullah Saw. meninggal dunia. Lalu dari mana mereka bisa menghimpun hadits? Hadits itu sudah dihafal sejak Rasulullah masih hidup. Jadi selain al-Qur’an, banyak shahabat murid Rasulullah yang menghafal dan mencatat hadits. Apa yang pernah mereka dengar dari ucapaan Rasulullah, mereka perhatikan. Demikian pula apa yang beliau lakukan, para shahabat memperhatikannya dengan baik. Lalu mereka menyampaikan ilmunya itu kepada para murid mereka. Para murid shahabat itu disebut dengan tabi’in. Demikian seterusnya, ilmu tentang hadits ini pun disampaikan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Sampai kepada Imam Bukhari dan Imam Muslim sebagai penghimpun dan pembuku hadits. Apakah tidak mungkin ada orang yang membuat hadits palsu? Bukan hanya mungkin, tapi sudah banyak terjadi. Oleh karena itulah, ada ilmu yang disebut dengan Ulumul Hadits. Di antara bahasan Ulumul Hadits itu ada metode tentang bagaimana cara menyeleksi hadits yang asli dan hadits yang palsu. Dari situlah ada istilah hadits shahih, hadits dha’if dan hadits maudhu’ hadits palsu. Allahu a’lam. Banyak orang yang belum bisa membedakan antara hadits dhaif yang berarti lemah dengan hadist maudhu yang berarti palsu. Padahal hadits dhaif itu sangat beragam modelnya. Suatu hadits dinilai dhaif karena tidak terkumpul padanya sifat hadits hasan, lantaran kehilangan satu dari sekian syarat-syaratnya. Imam Al-Baiquni Umar bin Muhammad w. 1080 H dalam kitab Mandzumat al-Baiquniyyah meyebutkan وكل ما رتبة الحسن. فهو الضعيف وهو أقساما كثر Semua hadits yang tidak sampai level hasan, maka disebut hadits dhaif. Macam hadits dhaif ada banyak Paling tidak ada 5 syarat hadits disebut shahih, sebagiamana disampaikan oleh para ulama. Jika ditanya, apakah dahulu ketika Nabi Muhammad shallaAllahu alaihi wasallam selesai menyampaikan suatu Hadits, beliau berujar “Hadits ini shahih, atau Hadits ini dhaif?” Tentu saja tidak Apakah dahulu para shahabat Nabi sudah menerapkan sistematika yang terstruktur dengan baik dalam menerima suatu Hadits? Harus tersambung sanadnya, adil dan dhabith rawinya misalnya? Tentu saja belum. Lalu darimana kita dapati lima syarat-syarat diterimanya suatu hadits yang kita kenal saat ini? Jawabannya adalah dari ijtihad para ulama. Untuk apakah Ijtihad itu dilakukan? Abdurrahman bin Abu Bakar Jalaluddin as-Suyuthi w. 911 H dalam kitab Tadrib ar-Rawi fi Syarhi Taqrib an-Nawawi w. 911 H menyebutkan bahwa tujuan dari itu semua tidak lain adalah untuk mengetahui suatu hadits shahih yang benar-benar berasal dari Nabi yang nantinya bisa dijadikan hujjah Para ulama telah berusaha membuktikan otentisitas hadits; baik secara ekstern yang menyangkut sanad Hadits, maupun secara intern yang menyangkut matan Hadits. Berdasarkan kajian tersebut, secara gradual tersusunlah kerangka epistemologi untuk menentukan otentisitas sebuah hadits. Itulah yang nantinya disebut sebagai syarat-syarat ke-shahih-an Hadits. Hadits shahih merupakan salah satu modal dasar penetapan hukum syariat. Tak jarang, ulama berbeda pendapat dalam menetapkan suatu hukum syariat, karena perbedaan mereka dalam menilai derajat suatu hadits. Suatu hadits dinilai dhaif karena tidak terkumpul padanya sifat hadits hasan, lantaran kehilangan satu dari sekian syarat-syaratnya. Ada dua kemungkinan kelemahan sebuah hadits. Pertama, lemah dari sisi isnad, yaitu jalur periwayatan. Kedua, kelemahan dari sisi diri perawi, yaitu orang-orang yang meriwayatkan hadits itu. Yang dimaksud dengan hadits lemah dari sisi sanad adalah kelemahan dalam jalur periwayatan hadits itu dari Rasulullah SAW kepada perawi yang terakhir. Maksudnya, ada satu, dua atau lebih perawi yang tidak lengkap dalam sebuah jalur periwayatan, dengan berbagai sebab. Yang jelas, jalur itu menjadi ompong karena terjadi kekosongan satu atau beberapa perawi di dalamnya. Dan akibatnya, sanadnya menjadi tidak tersambung dengan benar. Dan para ulama membagi lagi kelemahan jalur periwayatan itu menjadi beberapa jenis, antara lain hadits muallaq معلّق, mursal مرسل, mu’dhal معضل, munqathi’ منقطع, mudallas مدلّس, mursal khafi مرسلْ خافي, mu’an-an معنعن dan muannan معنّن Sedangkan kelemahan dari sisi perawi berbeda dengan kelemahan isnad. Kelemahan ini bukan karena tidak adanya perawi atau terputusnya jalur periwayatan, tetapi karena rendahnya kualitas perawi itu sendiri sehingga hadits itu jadi tertolak hukumnya. Maka hasilnya sebenarnya sama saja, baik lemah dari sisi jalur atau pun lemah dari sisi personal para perawinya. Para ulama menyusun daftar hadits yang tertolak karena faktor lemahnya kualitas perawi, di antaranya adalah hadits maudhu, matruk, munkar, ma’ruf, mu’allal, mukhalif li-tsiqah, mudraj, mudhtharib, mushahhaf, syadz, jahalah, mubtadi, su’ul hifdz Pertanyaan Tentang Hadits Yang Paling Shahih Syaikh Sa’d bin Abdullah Al Humaid ditanya tentang pertanyaan seorang pemuda berikut “Saya seorang pemuda yang memiliki ghirah tinggi terhadap Islam, menjaga shalat dan rukun-rukunnya. Pertanyaan saya, manakah hadits yang paling shahih?”. Maka beliaupun menjawab Kami katakan, kami memohon kepada Allah Jalla wa Ala bagi kami dan seluruh saudara-saudara kita, kaum Muslimin agar dianugerai ketegaran untuk tetap istiqamah. Adapun mengenai hadits-hadits shahih, maka melalui pertanyaan anda, nampak bagi saya, bahwa anda adalah seorang penuntut ilmu pemula. Orang seperti anda, tentu tidak bisa membedakan sendiri, mana hadits yang shahih dan mana yang tidak melalui jalur kajian sanad. Oleh karena itu, anda harus antusias untuk menggunakan kitab-kitab yang konsisten memilah mana hadits yang shahih. Bila anda menemukan sebuah hadits dirujuk kepada kitab ash-Shahihain Shahih al Bukhari dan Muslim atau salah satu dari keduanya, maka ini baik. Atau bila anda mendapatkan salah seorang ulama yang diakui kapasitas keilmuannya menshahihkannya, maka ini baik. Di antaranya, pentash-hihan yang dilakukan Syaikh Nashiruddin al Albani, sekalipun tidak seorang pun yang dapat terhindar dari kritikan dan sorotan. Yang penting, beliau memang demikian mengabdikan dirinya untuk Sunnah Nabi Sallallahu Alahi Wasallam. Orang seperti anda juga perlu mengambil buku-buku yang konsisten memilah mana hadits yang shahih. Artinya, anda tidak boleh menerima begitu saja setiap hadits yang diriwayatkan, menyampaikan sebuah hadits yang dikatakan kepada anda atau menerima hadits dari buku apa saja yang anda lihat. Hendaknya anda berhati-hati. Sebab Nabi Sallallahu Alahi Wasallam bersabda مَنْ حَدَّثَ عَنِّى بِحَدِيثٍ يُرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِينَ “Barangsiapa meriwayatkan suatu hadits dariku dan dia tahu bahwa itu adalah dusta, maka dia adalah salah satu dari para pendusta” Dalam sebagian riwayat disebutkan, ”…maka ia termasuk salah seorang tukang banyak dusta.” Dalam hal ini, silahkan merujuk kepada mukaddimah Shahih Muslim, sebab beliau mengetengahkan apa yang semestinya dijadikan dalil dalam masalah seperti ini, khususnya dari pendapat-pendapat para ulama dalam memperingatkan tindakan meriwayatkan hadits tanpa mengetahui mana yang shahih dan mana yang tidaknya.? Sebab hal ini dianggap sebagai mengatakan sesuatu terhadap Allah dan Nabi-Nya tanpa ilmu.” Wallahu A’lam. SUMBER Fatawa Haditsiyyah karya Syaikh Sa’d bin Abdullah Al Humaid, Check Also Berapa Jumlah Syarah Shahih al Bukhari? Kita semua mengetahui bahwa Shahih Bukhari merupakan kitab hadits yang mendapatkan perhatian sangat luas dari … Hadits sahih ialah hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang berkualitas dan tidak lemah hafalannya, di dalam sanad dan matannya tidak ada syadz dan Thahan dalam Taysiru Musthalahil Hadits menjelaskan hadits sahih adalah sebagai berikutما اتصل سنده بنقل العدل الظابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ولا علةArtinya, “Setiap hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat di dalamnya syadz dan illah.”Dilihat dari definisi di atas, terdapat lima kriteria hadits sahih yang harus diperhatikan. Demikian pula ketika ingin mengetahui apakah hadits yang kita baca atau dengar sahih atau tidak, lima kriteria tersebut menjadi panduan utama. Kalau kelima kriteria itu ada dalam sebuah hadits, maka haditsnya sahih. Kalau tidak ada salah satunya berati hadits dijelaskan Mahmud At-Thahan dalam Taysiru Musthalahil Hadits, kelima kriteria tersebut adalah sebagai berikutKetersambungan SanadKetersambungan sanad ittishâlul sanad berati masing-masing perawi bertemu antara satu sama lain. Salah satu cara yang digunakan untuk membuktikan masing-masing rawi bertemu ialah dengan cara melihat sejarah kehidupan masing-masing perawi, mulai dari biografi guru dan muridnya, tahun lahir dan tahun wafat, sampai rekaman Adil KredibilitasSetelah mengetahui ketersambungan sanad, langkah berikutnya adalah meneliti satu per satu biografi perawi dan melihat bagaimana komentar ulama hadits terhadap pribadi mereka. Perlu diketahui, adil adalah yang dimaksud di sini berkaitan dengan muruah atau nama yang semasa hidupnya pernah melakukan perbuatan yang melanggar moral dan merusak muruah, hadits yang diriwayatkannya tidak bisa diterima dan kualitasnya Perawi KuatSelain mengetahui muruah perawi, kualitas hafalannya juga perlu diperhatikan. Kalau hafalannya kuat, kemungkinan besar haditsnya sahih. Tapi kalau tidak kuat, ada kemungkinan hadits tersebut hasan, bahkan Ada SyadzSyadz berati perawi tsiqah bertentangan dengan rawi lain yang lebih tsiqah darinya. Misalkan, ada dua hadits yang saling bertentangan maknanya. Untuk mencari mana kualitas hadits yang paling kuat, kualitas masing-masing perawi perlu diuji, meskipun secara umum sama-sama tsiqah. Dalam hal ini, perawi yang paling tsiqah dan kuat hafalannya lebih demikian, untuk memastikan kesahihan hadits, perlu dikonfirmasi dengan riwayat lain, apakah tidak bertentangan dengan hadits lain atau Ada IllahIllah yang dimaksud di sini adalah sesuatu yang dapat merusak kesahihan hadits, namun tidak terlalu kelihatan. Maksudnya, ada hadits yang dilihat sekilas terkesan sahih dan tidak ditemukan cacatnya. Namun setelah diteliti lebih dalam, ternyata di situ ada sesuatu yang membuat kualitas hadits menjadi lemah. Hal ini dalam musthalah hadits diistilahkan dengan lima kriteria yang perlu diperhatikan pada saat menguji apakah sebuah hadits sahih atau tidak. Kalau hilang salah satu dari lima kriteria tersebut, kualitas hadits bisa jatuh pada hadits riwayat Al-Bukhari tentang Rasulullah membaca Surat At-Thur saat magrib. Al-Bukhari meriwayatkan hadits sebagai berikutحدثنا عبد الله بن يوسف قال أخبرنا مالك عن ابن شهاب عن محمد بن جبير بن مطعم عن أبيه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم قرأ في المغرب بالطورArtinya, “Abdullah bin Yusuf meriwayatkan dari Malik bin Anas, dari Ibnu Syihab, dari Muhammad bin Jubair , dari Muhammad bin Jubair bin Math’am, dari bapaknya Jubair bin Math’am yang berkata, Saya mendengar Rasulullah membaca Surat At-Thur saat magrib,’” HR Al-Bukhari.Riwayat di atas dihukumi sahih oleh para ulama hadits karena memenuhi kriteria hadits sahih. Dilihat dari ketersambungan sanad, masing-masing perawi terbukti bertemu antara satu sama lain; dilihat dari kualitas perawi semuanya dhabit dan adil; serta tidak terdapat syadz dan illat dalam sanad hadits. Wallahu alam. Hengki Ferdiansyah

pertanyaan sulit tentang hadits shahih